Disclaimer: Coretan ini menggunjingkan orang Indonesia yang begitu gemar melangkahi wewenang Tuhan1, bahkan terkesan menistakan ciptaan-Nya, si tangan kiri. Merembukkan tradisi konyol orang Indonesia yang membaiat tangan kiri sebagai komponen tubuh yang nista.
Gagasan ini berangkat dari beberapa hari yang lalu saat kami berada di daerah antah-berantah hasil pemekaran wilayah di utara Pulau Sulawesi sana. Seperti sewajarnya, saya mengintroduksi mentari pagi melalui celah pintu bergandengan dengan segelas kopi. Namun kali ini, Tante saya yang bertindak sebagai barista2. Dan hanya butuh beberapa detik bagi beliau untuk mengoreksi perilaku saya. Pasalnya, saya menyeruput kopi tersebut menggunakan tangan kiri, yang mana meminum kopi menggunakan tangan kanan itu menurutnya lebih baik. Ingin hati untuk membantah argumen tersebut, namun apa daya, hierarki evolusi menempatkan saya hanya di tabel Keponakan. Padahal, saya menggunakan tangan kiri bukan tanpa alasan, melainkan karena posisi kopi yang memang ada di sebelah kiri tubuh saya dan tangan kanan saya sedang memegang benda lainnya. Bagi yang kurang paham, hal ini disebut dengan efisiensi.
Lebih ironisnya lagi, tatkala kami akan berkendara, saya sempat ditegur lewat gerak tubuh agar melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu saat memasuki mobil. Begitu juga saat menuruni mobil. Apa-apaan ini? Hal yang sangat konyol menurut saya karena posisi kaki yang naik ke dalam mobil atau turun ke luar mobil itu sangat tergantung pada posisi mana Anda duduk, apakah di bagian mobil sebelah kiri atau kanan.
Kesal bukan main. Namun saya maklum bahwa sebagai anak-anak Indonesia, kita memang selalu disuapi kesadaran untuk memprioritaskan tangan kanan atau kaki kanan. Alih-alih mempertanyakan, kita malah meminta untuk disuapi lebih banyak. Anda seorang yang kidal? Itu urusan Anda. Dari kecil, kita sudah diinjeksi dogma untuk menyalami orang lain dengan tangan kanan. Doktrin untuk makan menggunakan tangan kanan. Akidah untuk mengacungkan tangan kanan di kelas saat hendak menjawab pertanyaan. Pada kedudukan ini, tangan kiri dilabeli haram untuk digunakan.
Kini, muncul pertanyaan: Apa yang salah dengan tangan kiri? Apakah mungkin karena banyak yang mengatakan bahwa tangan kiri itu dipakai untuk cebok, sehingga tidak sopan untuk digunakan? Jika ya, tahu dari mana bahwa orang-orang cebok menggunakan tangan kiri? Apakah ada penelitian yang berhasil mengungkap bahwa semua orang cebok menggunakan tangan kiri? Jika memang ada, apakah data yang digunakan dalam penelitian tersebut kuantitatif atau kualitatif? Margin of error-nya ada di angka berapa? Terdengar berlebihan? Tidak. Karena pada situasi seperti ini, apa yang kita butuhkan bersama adalah fakta berupa data, bukan asumsi berupa “kata orang”.
Menanggalkan konteks ilmiah, sejumlah masyarakat mengatakan bahwa mengutamakan tangan kanan daripada tangan kiri itu sudah merupakan tradisi turun-temurun rakyat Indonesia. Yang lainnya mengatakan itu merupakan kebiasaan dari Nabi, sekalipun tanpa musabab yang jelas. Dan seperti biasa, lingkungan saya mencoba untuk mendinginkan situasi, “Sudahlah Yan, terima aja”. Namun sebagai generasi milenial yang terpapar tulisan-tulisan sastra dan filsafat, maka saya menegaskan untuk menolak!
Jadi, jika penggunaan tangan kiri dalam beraktivitas ataupun berinteraksi (terutama kepada orang yang lebih tua) disimpulkan sebagai hal yang tidak sopan, maka lewat tulisan ini, saya ingin menyampaikan sebuah pesan. Pesan yang berkumandang dari atas bukit yang mengarah kepada orang-orang yang mengatakan bahwa penggunaan tangan kiri itu tidak sopan, bahwa sebenarnya Anda semualah yang lebih tidak sopan kepada Sang Pencipta3. Pasalnya, sejak kapan Sang Pencipta menciptakan tangan kiri itu lebih hina daripada tangan kanan?
***
1) Apapun defenisi Anda mengenai Tuhan, selama tidak bertentangan dengan sila pertama Pancasila.
2) Apapun defenisi Anda mengenai pembuat kopi, barista atau baristi.
3) Apapun teori Anda mengenai penciptaan, apakah kreasionisme, evolusi, abiogenesis, biogenesis, dll. (PS: Tak ada yang namanya ‘teori kreasionisme’. Karena kreasionisme tak memenuhi syarat untuk disebut teori :D)
Sampaikan Komentar Anda: