snakepit

long haired guy...

  • Home
  • Web
    • Pengembangan Situs
    • Web Monetization
  • Rockumentary
  • Life!
  • Hak Cipta
  • Tentang Saya
  • Kontak
Navigasi: Home / Life / ANJING.

ANJING.

19.02.2016

Dahulu kala, kala seragam SMP itu masih melekat di tubuh yang sempat chubby ini, bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang menjemukan di sekolah. Ameliorasi (pergeseran makna yang baik), peyorasi (pergeseran makna memburuk), hingga pergeseran makna sinestesia terhitung sebagai hal yang tak bermakna. Untuk ukuran anak SMP yang sedang mengalami perubahan hormon, hal-hal demikian sangatlah bias.

Namun kala tubuh chubby itu sudah berubah menjadi kurus kerempeng, barulah materi bahasa Indonesia di kelas tersebut menjadi bermakna. Ya, kini saya sudah paham akan pengaplikasian dari pergeseran makna itu kala bersinggungan langsung dengan kehidupan kota. Sebuah kehidupan yang lekat dengan persaingan ala binatang. Secara spesifik, binatang tersebut adalah anjing, binatang yang katanya adalah kata benda.

Kata benda itu sendiri merupakan segala sesuatu yang bisa kita lihat atau dapat kita bicarakan dan merujuk pada benda, orang, tempat, hewan, tumbuhan, gagasan, dan sebagainya. Berdasarkan defenisi itu, anjing termasuk sebagai sebuah kata benda. Nah, kata benda seperti anjing ini sendiri bisa menimbulkan daya khayal yang berbeda antara penulis dan pembacanya. Antara saya dan Anda.

Iya, Anda, pribadi yang secara diam-diam mengagumi tubuh kerempeng ini.

Mengapa ada daya khayal yang berbeda? Karena adanya pergeseran makna. Pergeseran makna pada kata anjing itu sendiri terbilang cukup bervariatif, tergantung dari siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan seperti apa kemampuan dari orang yang melontarkan kata anjng itu sendiri.

PERGESERAN MAKNA #1: CACIAN

Semula, kata anjing merujuk pada binatang berkaki empat dengan gaya artistik ketika berhubungan intim yang belakangan diaplikasikan oleh manusia. Nah, seiring dengan jatuhnya/dijatuhkannya kepemimpinan Soekarno ke/oleh rezim Soeharto, maka kata anjing mengalami pergeseran makna menjadi kata cacian.

Akan tetapi, dibutuhkan intonasi yang tepat agar bisa mencapai tujuan utama dari cacian ini. Pertama, Anda harus terbiasa mendengarnya, berani menyampaikannya di depan umum, lalu bisa mengkalkulasi dampak yang akan ditimbulkan.

Woi Anjing, kasi kembali korek ku! Anjing mentong ini!

Untuk hasil maksimal, pastikan Anda menyertainya lewat tatapan mata ala pengedar narkoba dengan rokok yang melekat di sudut bibir dan tangan yang bertolak pinggang.

PERGESERAN MAKNA #2: PUJIAN

Sama halnya dengan tipe cacian, makna pujian dari kata anjing ini juga membutuhkan intonasi yang tepat dari pelakunya. Akan lebih tepat lagi jika disampaikan oleh orang yang termotivasi untuk mendapatkan belas kasihan dari senior di kampus yang sama sekali tidak memiliki belas kasihan.

Wuih anjing, keren na kanda…! Serius, keren sekali, Anjing!

Untuk hasil yang lebih nyata, Anda harus mengucapkannya sambil menggeleng-gelengkan kepala pertanda kagum. Jika memungkinkan, sertailah dengan tepuk tangan kecil dan publikasikan di jejaring sosial. Niscaya, Anda akan mendapatkan belas kasihan dari kakak senior yang berhati keras itu.

PERGESERAN MAKNA #3: PERTANYAAN

Tidak banyak orang yang bisa mengadaptasi pergeseran makna ini, namun umumnya bisa dengan alamiah diterapkan oleh para mahasiswa. Namun perlu diperhatikan, mahasiswa yang bisa melakukan hal ini hanyalah mahasiswa kategori semester >8. Artinya, jika ia adalah mahasiswa semester <8, maka ia membutuhkan bakat khusus untuk bisa menjadikan kata anjing itu sebagai sebuah pertanyaan.

Woi anjing, mana korek ku? Kau ambil ki anjing? Manai anjing?

Sederhana, cukup tutup kalimat di atas dengan meludah ke tanah.

PERGESERAN MAKNA #4: PENEGASAN

Sama halnya dengan makna pertanyaan, hal ini juga umumnya hanya bisa dilakukan oleh para mahasiswa. Bedanya, status sebagai mahasiswa semester >8 saja tidak cukup untuk melakukannya. Dibutuhkan kehidupan yang penuh dengan problematika, mulai dari aspek finansial, keluarga, interaksi sosial, hingga yang berkaitan dengan persoalan hukum agar bisa mencapai pergeseran makna ini.

Iyo anjing, lagi nda ada uang ku ini! Ih anjing, nakira ka kapang bohong, nda ada betul anjing!

Agar kalimat tersebut lebih bermakna, pastikan bahwa masalah yang sedang menimpa Anda benar-benar sesuatu yang aktual, bukannya sebuah skenario ala mahasiswa belaka kala ditagih uang kost.

PERGESERAN MAKNA #5: KOMBINASI

Ini merupakan kombinasi dari 4 pergeseran makna. Selain dibutuhkan intonasi yang tepat serta status sebagai mahasiswa, pergeseran makna kombinasi ini mensyaratkan jam terbang yang cukup serta lingkungan yang kumuh dan cenderung erotis.

Misalnya, wilayah kost-kostan yang ada di belakang kampus dan sering kebanjiran saat musim hujan. Tapi tidak wajib kost-kostan, karena sejatinya makna kombinasi ini bisa diterapkan oleh siapa pun asalkan bermukim di kawasan bernuansa mahasiswa yang ditandai dengan banyaknya sampah berupa bungkus mi instan, kiranti, dan kondom.

Deh, gammara’ na sedeng rambut na ini anjing nga. Tapi lebih gammara’ kalo nu kasi kembali korek ku kemarin anjing, dari pada dapa’ ko. Mau ko dapa’ anjing? Apa? Mau betul ko dapa’ anjing? Inie…! Ena’? Masi’ mau ko ANJING? hahaha… ANJING…!!!

Semua orang memiliki cara berbeda dalam menyampaikan hal ini, tidak ada ukuran yang jelas. Namun untuk hasil yang lebih dramatis, sebaiknya sering-seringlah menonton sinetron Anak Jalanan di RCTI yang ditayangkan selepas maghrib.

TIPS:

  • Jangan pernah menggunakan suku kata “jrit” untuk mengganti suku kata “jing”. Pasalnya, penggunaan suku kata “jrit” ini lebih diperuntukkan bagi mereka yang berhati lemah, cengeng, rentan dengan penyakit, dan mudah goyah terhadap kejamnya metropolitan.
  • Jika memungkinkan, tambahkanlah huruf “W” sebelum kata “anjing”. Hal seperti ini diyakini bisa membuat Anda terkesan sebagai pribadi yang tegas, kuat, sehat, dan berdikari.
  • Sering latihan di depan cermin.

…inspired by a short story,

Seorang anak muda tengah mengelus-elus anjing peliharaannya dengan penuh kasih sayang. Disertai rasa bangga, beliau mengenalkan anjing tersebut sebagai pejantan yang bernama “Lukas”. Bodo’ amat, karena sekece-kecenya nama dari anjing, tetap saja dia anjing. “Justin Bieber”, “Scarlett Johansson”, “Farhat Abbas”, apapun nama anjing itu, tetap saja ANJING. Masyarakat tradisional menyebutnya ASU…!

WASU, sang pengagum tubuh kerempeng ku tersenyum simpul membaca bagian penutup ini.

Kategori: Life Tag: Anjing, Pergeseran Makna

Banyak yang mengatakan tulisan saya tidak mendidik. Ya, saya memang bukanlah seorang pendidik.

Sampaikan Komentar Anda: Cancel reply

Copyright © 2025 · Tampilan "Modern Studio Pro Theme" dengan "Genesis Framework" ·